Lentera
Selustrum lalu, binar matamu masih memancar, mengeradikasi jutaan gundah yang lama bertahta di sudut relung. Kau terbiasa meraih ujung jemariku kala senja membentang, menuturkan rangkaian kalimat singkat tentang betapa aku mahir jadi lenteramu.
Hari-hari bersamamu adalah kekuatan bagiku. Kau selalu mendampingiku dan aku setia mengiringimu. Kita laksana sepasang sepatu baru yang sepakat membenci hujan — sebab aku dan kamu, sama-sama tak ingin terlihat lusuh dan rapuh.
Dahulu, kau setia berpesan, cinta bukan perkara memiliki. Kerelaan adalah puncak tertinggi dari proses mengasihi. Hematmu, manusia perlu belajar sedikit lagi tentang cara membiarkan seseorang pergi. Bagiku itu nisbi, sebelum akhirnya itu terjadi.