Asmaraloka

Haniifah Rihhadatul'aisy
1 min readJul 12, 2022

--

Bersama kasih yang kukenang dalam sajak, serta rindu yang bersemayam dalam hening, aku menaruh yakin padamu sepenuh hati.

Laksana kecintaan bumi pada hujan yang menjadikannya teduh, doaku berhembus bagaikan dersik sejuk, mengawali rintik air yang lama dirindu tanah, memekarkan ribuan Edelweis yang telah muram layu.

Tiada mampu kupungkiri, bagaimana engkau, pemilik tutur halus, setuju bersanding dengan aku, si manusia penuh duka. Lama sudah hidupku dirundung pilu, menyisakan resah bagi diriku sendiri, mengoyak setiap inci kepercayaan diri. Namun engkau, tiada pernah mundur ragu.

Manis, teduh matamu melambangkan asih, tingkah lakumu menyorak gempita. Masihlah terkenang indah kala tuturmu menguatkan tekadku, kala kasihmu terlukis pada lekuk senyummu. Kau tiada dua.

Tiada mampu kupungkiri jua, betapa Tuhan terlalu baik padaku, si manusia pecandu dosa. Kukira, tiada pantas aku melanjutkan hidup denganmu. Kau luar biasa, berhak dapatkan pelbagai hal sempurna di dunia.

Apabila waktu mampu kuhentikan sejenak, kan kucintai engkau selama mungkin, agar aku dapat terus denganmu, merajut kisah yang kupastikan takkan menemui ujung.

Manis, aku tak pernah dimabuk asmara sekuat ini. Tetapi denganmu, aku rela rapuh.

--

--

Haniifah Rihhadatul'aisy

There are two titles I could put on my own description: a jack of all trades, master of none; or a student of life. I do prefer the second.